Kalau kita membicarakan UNAS maka tidak ada habisnya.
Banyak diluar sana yang kontra dengan adanya UNAS. Sebenarnya, saya sendiri
juga kontra dengan adanya UNAS. Saya berpikir tidak hanya siswa yang stress terhadap
UNAS akan tetapi guru serta murid juga banyak yang stress dengan adanya UNAS.
Menurut saya UNAS adalah output dari salah satu sistem pendidikan. Lalu
inputnya apa? Inputnya adalah tidak lain pendidik. Bicara pendidik yang
merupakan seorang guru. Kenapa sekarang sarjana non kependidikan bisa menjadi
seorang guru? Padahal sarjana kependidikan saja belum tentu bisa menjadi guru
yang profesional. Okelah, kalau adanya PPG (Program Profesi Guru) hanya
diperuntukan bagi sarjana kependidikan. Tetapi pada kenyataannya dengan adanya
PPG yang ditempuh HANYA dalam waktu 1 tahun, para sarjana non-kependidikan bisa
menjadi guru yang profesional. Sedangkan sarjana kependidikan yang sejak awal
di cetak menjadi guru harus menempuh 5 tahun kuliah (4 tahun di S1, plus 1
tahun di PPG).
Saya rasa ini bukan bicara adil atau tidak adil. Akan
tetapi yang harus kita pikirkan adalah dampak kedepannya, apabila didapati
seorang guru dari non kependidikan. Secara kasar, guru yang berasal dari
sarjana kependidikan saja belum tentu semuanya profesional, apalagi ada guru
yang berasal dari non kependidikan? Bagaimana nasib pendidikan kedepannya?.
Tidak hanya itu PPG, saya rasa kurang adil jika kita membicarakan adil atau
tidaknya. Karena ketika seorang sarjana kependidikan belajar selama 4 tahun
dengan mata kuliah sedemikian rupa untuk mendidik siswa harus bersaing dengan
sarjana non kependidikan menggunakan sistem yang sama.
Mungkin ini terlalu mudah, jalan yang ditempuh para
sarjana non kependidikan untuk masuk ke PPG. Kenapa sarjana non kependidikan
dan sarjana kependidikan disaring dengan sistem yang sama ketika masuk ke PPG?
Padahal sudah jelas proses awal mereka sangat berbeda. Belum lagi biaya PPG
yang menurut saya tidak murah. Dengan biaya yang sebanyak itu, saya yakin tidak
semua lulusan kependidikan mampu untuk membayar biaya PPG.
Lalu, apakah dimatikan begitu saja keinginan mereka untuk
masuk ke PPG agar menjadi seorang guru yang profesional? Walaupun ada
iming-iming siapa yang mengikuti SM3T (Sarjana Mengajar Daerah Tertinggal,
Terluar, T..?) dapat mengikuti PPG dengan GRATIS. Tapi tidak semua bisa
mengikuti SM3T karena sulitnya proses seleksi.
Itulah tadi sedikit celotehan dari saya. Saya bukan
mahasiswa yang pandai, tetapi saya hanya ingin mengungkapkan sedikit keluhan
sebagai mahasiswa kependidikan.
Terima Kasih =))
By : Kak Mega (dengan sedikit perubahan dan penyesuaian)
0 komentar:
Posting Komentar