RSS

Kenapa yang dipikirkan hanya output saja? #UAN


     Kalau kita membicarakan UNAS maka tidak ada habisnya. Banyak diluar sana yang kontra dengan adanya UNAS. Sebenarnya, saya sendiri juga kontra dengan adanya UNAS. Saya berpikir tidak hanya siswa yang stress terhadap UNAS akan tetapi guru serta murid juga banyak yang stress dengan adanya UNAS. Menurut saya UNAS adalah output dari salah satu sistem pendidikan. Lalu inputnya apa? Inputnya adalah tidak lain pendidik. Bicara pendidik yang merupakan seorang guru. Kenapa sekarang sarjana non kependidikan bisa menjadi seorang guru? Padahal sarjana kependidikan saja belum tentu bisa menjadi guru yang profesional. Okelah, kalau adanya PPG (Program Profesi Guru) hanya diperuntukan bagi sarjana kependidikan. Tetapi pada kenyataannya dengan adanya PPG yang ditempuh HANYA dalam waktu 1 tahun, para sarjana non-kependidikan bisa menjadi guru yang profesional. Sedangkan sarjana kependidikan yang sejak awal di cetak menjadi guru harus menempuh 5 tahun kuliah (4 tahun di S1, plus 1 tahun di PPG).

        Saya rasa ini bukan bicara adil atau tidak adil. Akan tetapi yang harus kita pikirkan adalah dampak kedepannya, apabila didapati seorang guru dari non kependidikan. Secara kasar, guru yang berasal dari sarjana kependidikan saja belum tentu semuanya profesional, apalagi ada guru yang berasal dari non kependidikan? Bagaimana nasib pendidikan kedepannya?. Tidak hanya itu PPG, saya rasa kurang adil jika kita membicarakan adil atau tidaknya. Karena ketika seorang sarjana kependidikan belajar selama 4 tahun dengan mata kuliah sedemikian rupa untuk mendidik siswa harus bersaing dengan sarjana non kependidikan menggunakan sistem yang sama.

     Mungkin ini terlalu mudah, jalan yang ditempuh para sarjana non kependidikan untuk masuk ke PPG. Kenapa sarjana non kependidikan dan sarjana kependidikan disaring dengan sistem yang sama ketika masuk ke PPG? Padahal sudah jelas proses awal mereka sangat berbeda. Belum lagi biaya PPG yang menurut saya tidak murah. Dengan biaya yang sebanyak itu, saya yakin tidak semua lulusan kependidikan mampu untuk membayar biaya PPG.

    Lalu, apakah dimatikan begitu saja keinginan mereka untuk masuk ke PPG agar menjadi seorang guru yang profesional? Walaupun ada iming-iming siapa yang mengikuti SM3T (Sarjana Mengajar Daerah Tertinggal, Terluar, T..?) dapat mengikuti PPG dengan GRATIS. Tapi tidak semua bisa mengikuti SM3T karena sulitnya proses seleksi.

Itulah tadi sedikit celotehan dari saya. Saya bukan mahasiswa yang pandai, tetapi saya hanya ingin mengungkapkan sedikit keluhan sebagai mahasiswa kependidikan.
Terima Kasih =))


By : Kak Mega (dengan sedikit perubahan dan penyesuaian)

0 komentar:

Posting Komentar