RSS

UNAS ?


      Di samping sisi negatif dari ujian nasional, disini ujian nasional juga memiliki dampak yang positif untuk siswa sebab dengan diadakannya ujian nasional akan menjadikan siswa lebih rajin lagi dalam belajar, baik belajar disekolah maupun diluar sekolah. Ketika menjelang ujian nasional masing-masing sekolah pasti akan mempersiapkan siswa-siswinya dalam menghadapi ujian nasional. Sekolah akan mengadakan kelas tambahan atau bimbingan belajar diluar jam pelajaran baik di pagi hari sebelum jam pelajaran dimulai atau disore hari setelah jam pelajaran selesai serta ujian latihan yang dilakukan berkali-kali untuk mengetahui seberapa besar tingkat kemampuan siswa. Hal ini sebenarnya menjadikan siswa semakin  bosan dan kadang kala materi  yang telah disampaikan oleh guru tidak dapat diterima dengan baik oleh siswa karena terlalu capek dan mengantuk. Selain siswa, hal ini juga menjadikan guru lebih banyak tugas sehingga sering kali waktunya banyak diberikan kepada siswanya dari pada keluarganya. 

    Tak hanya disekolah ternyata banyak siswa juga mengikuti bimbingan belajar diluar sekolah, seperti: Primagama,Ganesha Operation, SSC, dan masih banyak lainnya yang memberikan jaminan bahwa siswa akan lulus jika bergabung/ mengikuti bimbingan belajar disana. Dengan begitu berarti hal tersebut akan menambah penghasilan para pengajar/ guru di bimbingan tersebut dan orang tua harus mengeluarkan lebih banyak uang untuk membiayai bimbingan belajar anaknya. Semua ini dilakukan dengan harapan siswa dapat menambah pengetahuannya dan mampu bersaing dengan teman-temannya secara sehat serta bisa memperoleh nilai kelulusan tertinggi sehingga dapat diterima dijenjang sekolah selanjutnya yang terbaik dan diinginkannya. 

      Jadi, disini sangat diharapkan kejujuran siswa dalam mengerjakan ujian nasional sebab hasil nilai yang diperolehnya nanti adalah nilai yang harus dipertanggung jawabkan ketika mereka masuk dalam jenjang sekolah yang lebih tinggi atau ketika mereka bekerja.

@temmy

Kenapa yang dipikirkan hanya output saja? #UAN


     Kalau kita membicarakan UNAS maka tidak ada habisnya. Banyak diluar sana yang kontra dengan adanya UNAS. Sebenarnya, saya sendiri juga kontra dengan adanya UNAS. Saya berpikir tidak hanya siswa yang stress terhadap UNAS akan tetapi guru serta murid juga banyak yang stress dengan adanya UNAS. Menurut saya UNAS adalah output dari salah satu sistem pendidikan. Lalu inputnya apa? Inputnya adalah tidak lain pendidik. Bicara pendidik yang merupakan seorang guru. Kenapa sekarang sarjana non kependidikan bisa menjadi seorang guru? Padahal sarjana kependidikan saja belum tentu bisa menjadi guru yang profesional. Okelah, kalau adanya PPG (Program Profesi Guru) hanya diperuntukan bagi sarjana kependidikan. Tetapi pada kenyataannya dengan adanya PPG yang ditempuh HANYA dalam waktu 1 tahun, para sarjana non-kependidikan bisa menjadi guru yang profesional. Sedangkan sarjana kependidikan yang sejak awal di cetak menjadi guru harus menempuh 5 tahun kuliah (4 tahun di S1, plus 1 tahun di PPG).

        Saya rasa ini bukan bicara adil atau tidak adil. Akan tetapi yang harus kita pikirkan adalah dampak kedepannya, apabila didapati seorang guru dari non kependidikan. Secara kasar, guru yang berasal dari sarjana kependidikan saja belum tentu semuanya profesional, apalagi ada guru yang berasal dari non kependidikan? Bagaimana nasib pendidikan kedepannya?. Tidak hanya itu PPG, saya rasa kurang adil jika kita membicarakan adil atau tidaknya. Karena ketika seorang sarjana kependidikan belajar selama 4 tahun dengan mata kuliah sedemikian rupa untuk mendidik siswa harus bersaing dengan sarjana non kependidikan menggunakan sistem yang sama.

     Mungkin ini terlalu mudah, jalan yang ditempuh para sarjana non kependidikan untuk masuk ke PPG. Kenapa sarjana non kependidikan dan sarjana kependidikan disaring dengan sistem yang sama ketika masuk ke PPG? Padahal sudah jelas proses awal mereka sangat berbeda. Belum lagi biaya PPG yang menurut saya tidak murah. Dengan biaya yang sebanyak itu, saya yakin tidak semua lulusan kependidikan mampu untuk membayar biaya PPG.

    Lalu, apakah dimatikan begitu saja keinginan mereka untuk masuk ke PPG agar menjadi seorang guru yang profesional? Walaupun ada iming-iming siapa yang mengikuti SM3T (Sarjana Mengajar Daerah Tertinggal, Terluar, T..?) dapat mengikuti PPG dengan GRATIS. Tapi tidak semua bisa mengikuti SM3T karena sulitnya proses seleksi.

Itulah tadi sedikit celotehan dari saya. Saya bukan mahasiswa yang pandai, tetapi saya hanya ingin mengungkapkan sedikit keluhan sebagai mahasiswa kependidikan.
Terima Kasih =))


By : Kak Mega (dengan sedikit perubahan dan penyesuaian)

Ketika Banyak Orang Menyalahkan !! #UAN

Meskipun banyak orang yang tidak setuju dengan adanya UNAS karena memberi banyak dampak negatif.

Namun,disisi lain masih ada dampak positif yang dapat diambil dari adanya UNAS.Dampak positifnya adalah sebagai berikut :


a.       Siswa menjadi terpacu untuk belajar dan berusaha semaksimal mungkin untuk memahami apa yang ia pelajari.
b.      Menanamkan semangat kepada siswa untuk mencapai sesuatu (Yaitu kelulusan).
c.       Menanamkan sikap kerja keras untuk mencapai sesuatu yang kita inginkan.
d.      Mendorong siswa untuk banyak membaca dan mengetahui lebih banyak hal.
e.      Untuk mengukur kompetensi yang dimiliki siswa.
f.        Mengajarkan siswa untuk selalu bersyukur terhadap apa yang ia jalani.
g.       Memotivasi siswa untuk mempunyai sikap yang rajin.
h.      Lebih mendekatkan siswa kepada Tuhan mereka,karena diajarkan untuk lebih giat berdoa dan melakukan kegiatan keagamaan.
i.         Mengajarkan siswa untuk bersungguh-sungguh dalam mengerjakan dan menjalani suatu hal.
j.        Mengajarkan siswa untuk fokus terhadap suatu hal (Seperti persiapan untuk ujian).
k.       Dapat melakukan evaluasi dan perbaikan terhadap sistem pembelajaran ,seperti materi dan pengajaran.
l.         Mengajarkan siswa untuk berfikir kritis.

Kak : Febrina 


ANAK INDONESIA TIDAK JUJUR...???!!!

 

Dua siswa SMAN di surabaya barat ditangkap karena menjual kunci jawaban Unas, berita ini saya melihatnya di sebuah stasiun telivisi swasta pagi hari ketika saya hendak mempersiapkan diri untuk berangkat mengajar saya sempat tersentak dengan pemberitaan tersebut, dengan penasaran dan kaget, saya mencoba duduk perlahan menyaksikan berita itu dengan seksama. Rabu 16 april 2014 dini hari 2 siswa SMAN surabaya ini diamankan petugas,terkait beredarnya  kunci jawaban..!! dari pemberitaan itu saya merasa bersedih dan marah, dua pertanyaan langsung terbesit dalam benak saya,yang pertama apakah anak Indonesia, khususnya anak surabaya sudah meninggalkan arti kejujuran. Kedua sebagai warga surabaya, dan juga seorang pengajar apa yang harus saya perbuat unutk menumbuhkan nilai-nilai kejujuran yang bukan hanya sebatas memaknai arti kejujuran, tetapi mampu menghujamkan esensi kejujuran ke dalam hati setiap anak dan mengaplikasikannya kepada kehidupan sehari-hari. Hingga berita ini masih terngiang dan menjadi tugas buat saya pribadi. 

Sebuah tulisan Siswi SMA Khadijah yang bernama nurmilla yang ramai di perbincangkan di media sosial media,hingga sampai masuk k meja menteri pendidikan M.Nuh dan menjadi perbincangan seluruh khalayak berbagai kalangan. Dimana pesan tulisan dari siswi SMA khadijah-surabaya yang saya kutip sbb: “perbaikilah UNAS, perbaikilah sistem pendidikan di negeri ini, dan kembalikan sekolah yang kami kenal. Sekolah yang mengajarkan pada kami bahwa kejujuran itu adalah segalanya. Sekolah yang tidak akan diam saat melihat kadernya melakukan tindak kecurangan. Kami mulai kehilangan arah, Pak. Kami mulai tidak tahu kepada siapa lagi kami harus percaya. Kepada siapa lagi kami harus mencari kejujuran, ketika lembaga yang mengajarkannya justru diam membisu ketika saat untuk mengamalkannya tiba...”

Dari kutipan tulisan nurmilla, para anak-anak Indonesia secara fitrah, mereka memegang teguh arti sebuah kejujuran, dari segi fikri mereka tahu apa mana yang baik dan buruk, seperti ada Malam- ada Siang, ada Pria- ada Wanita. Saya melihatnya dari seorang siswi SMA kelas.3 yang sedang melakukan unas dimana sebuah sistem pendidikan dengan berbagai standar,aturan,dan bahkan tuntutan yang  harus mereka lalui demi menciptakan standar kualitas sumber daya manusia. Pemerintah dalam hal ini departemen pendidikan membuat sistem pendidikan itu yang bertujuan untuk mencetak generasi yang unggul dan berkualitas dalam segi akademik, memang menurut saya sistem yang dijalankan sudah yang terbaik dan optimal,  namun lembaga pendidikan,peserta didik,wali murid, menganggap sistem standar pendidikan yang ditempuh dengan UNAS membuat “UNAS” ini adalah suatu hal sangat mutlak&absolut sebagai penentu masa nasib seorang anak didik tanpa memperhatikan perkembangan dan karakter seorang anak didik..  ketika seorang anak belajar menerapkan kejujuran dalam perilaku keseharian, dimana tempat mereka belajar yaitu sekolah yang mengajarkan mereka tentang kejujuran, belum mampu memberikan memberikan rasa kenyamanan dan kedamaian ketika siswanya melakukan kejujuran, sebaliknya ketika siswanya melakukan tindakan kecurangan sekolah cuek saja,seolah sekolah tidak pernah mengajarkan kejujuran kepada siswanya. 

Sehingga ketika ada salah satu oknum di sekolah melakukan tindakan kecurangan tidak ada satupun orang yang berani apalagi siswanya yang dengan lantang menyuarakan “DI SEKOLAH KAMI, TIDAK ADA YANG BERBUAT CURANG”. Dan ditambah masyarakat khususnya para wali murid yang menganggap bahwa unas merupakan ketentuan nasib masa depan anak mereka, untuk bisa melanjutkan kehidupan mereka, sebenarnya ketika takbir yang kita kumandangkan minimal dalam 5.waktu sehari. Membuat betapa kita mengingkari bahwa yang maha besar itu hanya Allah. Dan masih teringat di ingatan saya, kasus contek masal pada tahun 2011 sebuah SDN di wilayah barat surabaya, dimana sang ibu ingin menanamkan akhlaq kejujuran dalam anaknya tetapi masyarakat khusunya wali murid sekolah tersebut malah menghujat ibu ini, karena para wali murid ini takut bagaimana nasib anaknya apabila tidak sesuai dengan standar kualitas pendidikan yang dibuat kementerian pendidikan, tapi mereka lupa akan “AKHLAQ KEJUJURAN”.

Saya yakin, masih ada anak-anak Indonesia yang masih memegang akhlaq “KEJUJURAN”. Untuk Para anak Indonesia yang masih melakukan kecurangan, sebenarnya mereka anak-anak yang bersih sesuai fitrahnya yang suci hanyalah tuntutan, sistem pendidikan, lembaga pendidikan, para orang tua. Yang membuat mereka seperti sekarang ini,. Sebuah tantangan besar bagi saya pribadi yang termasuk seorang pengajar bagaimana menanamkan nilai-nilai kejujuran kepada  anak-anak, bukan hanya sebatas arti, tetapi menjadi nilai yang menghujam ke hati, dan dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Langkah apa saja untuk memupuk kejujuran kepada hati anak-anak, sbb.


1.       Penanaman kejujuruan saya awali dari diri sendiri sebelum kita mengajarkan kejujuran.
2.       Tauladan bagi anak-anak tentang akhlaq kejujuran, ketika diri kita mengaplikasikan kejujuran. Maka anak-anak akan respect.
3.       Jelaskan manfaat tentang kejujuran, dan jelaskan pula dampak ketika bertindak curang kepada anak-anak .
4.       Yakinkan kepada anak-anak bahwa sebuah “Kesuksesan diawali dari Kejujuran”.
5.       Katakan dengan berani “Di Tempat Kami, Tidak Ada Yang Berbuat Curang”.

-Kak Dhika-